Di dalam hutan, ada tiga
buah pohon muda yang bersaudara. Karena
mereka berasal dari bibit pohon yang sama, yang tidak sengaja ditebarkan oleh
seekor burung. Pada suatu hari, mereka
bercakap-cakap dengan pohon tua yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka
tertanam.
“Cucu-cucuku, ketika kamu
tumbuh menjadi pohon dewasa, kalian harus memiliki cita-cita, ya!” ujar pohon
tua.
“Ya, Embah!” sahut pohon kesatu. “Kami
sudah memikirkannya.” (Pohon tuanya dipanggil “Embah” karena dia yang paling dituakan diantara pohon-pohon yang
lain, dan tinggal di pulau Jawa)
“Bagus! Bagus!” kata pohon
tua. “Memangnya cita-cita kamu apa?”
“Aku ingin jadi kaya!
Menjadi peti yang menyimpan harta karun!” jawab pohon kesatu.
“Wah.. Bagus-bagus!!” ujar
pohon tua, senang. “Kalo kamu?” tanya
pohon tua kepada pohon kedua.
“Kalo aku, ingin menjadi perahu yang dinaiki oleh
raja-raja, pejabat atau orang terkenal!” jawab pohon kedua, bangga!
“Wah.. Baguss sekali! Nah
kalo kamu, Cil?” tanya pohon tua kepada pohon ketiga, sambil tersenyum lebar. (Dia dipanggil “Cil,” karena singkatan dari
“si Cilik!” Sebab dia pohon yang paling imut)
“Kalo akyu, ingin dekat
dengan Tuhankyuu~!” jawab pohon ketiga tersenyum manis, lengkap dengan ke-alay-annya.1
“Laah.. gimana caranya?!” Pikir pohon tua, kebingungan. “Okeh-okeh! Saya doakan supaya keinginan
kalian terwujud suatu hari nanti, ya!”
“Makasih, Embaah!” sahut mereka bertiga.
* * *
Dua puluh tahun kemudian,
Ketiga pohon tersebut sudah menjadi pohon dewasa yang gagah! Ketiga pohon
dewasa tersebut ditebang orang, lalu diangkut oleh perahu untuk dibawa ke tanah
perjanjian, tempat bangsa Israel berada.
Karena orang luar negeri tahu; kualitas kayu di negara Indonesia
bagus-bagus dan kuat. Sedangkan pohon
tua itu tidak ikut ditebang, sebab kondisi kayunya tidak bagus!
Pohon muda tersebut dibeli
orang-orang Israel. Mereka terpisah antara satu dengan yang lain.
Pohon kesatu; dipotong-potong,
diamplas lalu dijadikan tempat makan – tempat makan ternak.
Pohon kedua;
dipotong-potong, lalu dijadikan perahu nelayan.
Pohon ketiga, juga
dipotong-potong, menjadi balok-balok kayu, lalu ditaruh di ruang yang gelap dan
dingin.
Mereka merasa sedih sekali,
karena nasib mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka impikan.
* * *
Beberapa tahun kemudian, di
malam yang gelap, sepasang suami istri yang masih muda, menginap di kandang
domba. Sang istri sedang hamil tua. Lalu
bersalin. Ia melahirkan seorang Putera.
Anak itu diberinya kain
lampin. Lalu ditaruh di atas tempat makan ternak, yang biasa disebut sebagai
palungan. Tidak lama kemudian, datanglah
para gembala hewan, lalu datang juga tiga orang Majus! Orang Majus tersebut memberikan persembahan;
emas, kemenyan dan mur. Lalu sujud
menyembah kepada Bayi itu.
Tersadarlah pohon kesatu, bahwa
dia sudah menjadi kaya! Karena ia
menyimpan ‘harta karun’ yang tidak ternilai harganya. Melebihi emas, perak dan permata.
Impiannya terwujud!
* * *
Pohon kedua yang sudah
berubah menjadi perahu nelayan, merasa putus asa! Karena sudah puluhan tahun, melaut menjadi
perahu nelayan. Bukan menjadi perahu
yang mengangkut raja-raja, pembesar atau orang terkenal. Kesombongannya
terkikis habis dari hari kesehari, sehingga ia menjadi tidak tinggi hati lagi.
Beberapa waktu kemudian, ketika
dia selesai melaut. Dia ditambatkan nelayan di tepi danau Galilea. Tiba-tiba
datanglah Seorang laki-laki kepadanya, lalu naik ke atas perahu itu. Di belakangNya banyak orang mengikuti
Dia. Dan Dia mulai mengajar.
Saat Pria itu sedang
mengajar, pohon kedua tersadar; bahwa dia sedang dinaiki oleh Orang Penting dan
terkenal. Melebihi (alm.) Michael Jackson, (alm.) Lee Kuan Yeuw atau Justin Bieber (Lho, emangnya jaman dulu sudah ada mereka??)
Ia sangat bersyukur, karena
impiannya terwujud. Walau kondisinya
tidak seperti apa yang dia bayangkan!
* * *
Pohon ketiga, yang sudah
berupa potongan balok-balok kayu; satu per satu balok kayunya diambil oleh
prajurit Romawi untuk dijadikan salib, bagi para narapidana yang dijatuhi
hukuman mati.
Dia sangat sedih sekali!!!
“Bukannya dekat dengan Tuhan,
malah dekat dengan penjahat!!” batin dia.
“Dosa apakah yang telah kulakukan terhadapMu, Tuhan?” ratap kayu itu yang sudah kehilangan sifat alaynya, karena menderita.
Empat puluh tahun kemudian,
potongan kayu terakhir, dibawa oleh seorang Laki-laki menuju Kalvari. Laki-laki itu terlihat sangat menderita. Tubuhnya terdapat banyak luka.
Dalam perjalananNya menuju
Kalvari atau yang lebih dikenal sebagai Bukit Golgota, Dia terjatuh sebanyak
tiga kali. Sampai akhirnya prajurit
Romawi menyuruh Simon dari Kirene untuk menolongNya memanggul kayu tersebut.
Setibanya di Golgota,
Laki-laki itu disalib bersama dua orang penjahat. Orang yang disebelahNya mengejek Dia seraya
berkata, “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami!”
Tetapi yang seorang lagi
membela Dia. Katanya, “Tidakkah engkau
takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita
menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi Orang ini tidak
berbuat sesuatu yang salah.” Lalu ia
berkata lagi; “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.”
Kata Yesus kepadanya, “Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama
dengan Aku di dalam Firdaus.” (Lukas 23: 39 – 43)
Tersadarlah pohon ketiga,
setelah mendengar percakapan mereka. Ia
sangat terharu dan bersyukur, karena tidak selamanya ia hidup merana.. Impiannya
benar-benar terwujud, melebihi apa yang ia perkirakan, yaitu; Dekat dan melekat
kepada Allah!!
* * *
Kabar kisah akhir ketiga
pohon tersebut tersiar ke seluruh dunia, oleh murid-murid Yesus yang pergi
memberitakan Injil. Yaitu; palungan,
tempat bayi Yesus diletakkan. Perahu
nelayan, yang dipakai Yesus untuk mengajar.
Dan kayu salib; yang dipakai
Tuhan Yesus untuk menyelesaikan tugas akhirNya.
Hal itu terdengar pula oleh
pohon tua yang kondisinya sudah sangat renta, di pulau Jawa. Ia tersenyum bangga, lalu robohlah ia
terkena hujan badai.
Diceritakan
kembali oleh Yenny N.,
dengan versi baru.
dengan versi baru.
Keterangan:
1. Alay= singkatan dari
kata: anak lebay. “Lebay” sendiri konotasi dari kata
‘berlebihan’. Kata slang ini mulai dipakai oleh kaum remaja Indonesia pada era tahun
2010-an.