Halaman

Rabu, 03 Agustus 2011

Kebun Stroberi

Pagi ini Arif semangat sekali. Karena dia pergi ke Puncak bersama teman-teman gerejanya.  Mereka naik bis AC. Di dalam bis mereka bernyanyi-nyanyi, riang gembira.

Setibanya disana, mata Arif  menerawang.. mengagumi keindahan pohon-pohonan yang ada di kebun tersebut.  Semilir angin, membawa keharuman bunga-bunga lavender hingga tercium di hidung Arif.  Pikiran yang penat pun berangsur-angsur hilang.

“Andi! Mira!  Rita, Edi, Milka, Desy, Ratno!  Kalian masuk ke kelompok ‘Yosua’!”  Suara Panitia yang memanggil nama-nama peserta untuk dibentuk sebuah kelompok. Membuyarkan lamunannya..

Acara lomba pun segera dimulai. Ada lomba menerbangkan pesawat hingga masuk ke dalam kotak, makan kerupuk, mengumpulkan bola yang bertuliskan abjad, hingga membentuk suatu kata. mengangkat bambu dengan jari secara bersama-sama, membawa air dalam gelas dengan menggunakan kain, dan sebagainya.

Jam dua belas siang, mereka makan bersama, setelah itu acara dilanjutkan dengan bermain tebak-tebakan; menyebutkan nama anak-anak Yakub, menyebutkan 10 orang wanita yang melayani Yesus, nama lengkap dan tanggal lahir pastor, dan lain-lain.

Setiap orang atau kelompok yang menang lomba atau berhasil menjawab pertanyaan dengan baik, diberikan sebuah balon.  Tiap orang diberi peniti untuk menusuk balon.  “Dor!  Dor Dor!” Bunyi beberapa balon yang dipecahkan.  Tiap orang mendapat secarik kertas berisi nama-nama hadiah.

“Indah dapat; tas!  Anto dapat; payung!  Reza; dapat botol air!”

“Horeee!!!” teriak anak-anak serempak.

Setelah itu acara dilanjutkan dengan pergi ke kebun stroberi.  Seumur hidup, baru kali ini Arif pergi ke kebun stroberi.   Arif merasa antusias sekali dalam memetik buah stroberi yang masih merah-merah.  Ternyata, buah stroberi itu harus dipetik dengan menggunakan gunting.  Sebab, jika menggunakan tangan, maka tanaman tersebut dapat tercabut sampai ke akar-akarnya. Setelah mencucinya dengan air bersih, Arif memakan buah-buahan stroberi tersebut.

Selesai mengunjungi kebun stroberi, mereka diberi waktu untuk acara bebas.  Ada yang memesan jagung bakar, ada yang foto-foto, ada yang ngobrol, ada yang mancing di kolam, dan lain-lain.

Arif mencatat semua pengalamannya itu di dalam buku diary.  Dia merasa bersyukur sekali karena dapat merasakan kebaikan Tuhan, melalui pemandangan alam yang begitu sempurna.  Sepulangnya kembali ke Jakarta , mereka membawa segudang kenangan indah.

~ Yenny N. ~
* * *
Dikirim ke majalah AMI dan dimuat tahun 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar