“Bodoh!”. Tiba-tiba teriak Ani pada pembantunya yang melakukan kesalahan lagi. Kalo mau dipikir-pikir lewat logika, pembantu Ani yang satu ini memang punya pikiran yang paling tulalit di antara pembantunya yang lain. Setiap kali kerja, pasti ada saja kesalahannya.
Kalo mau ingat-ingat Firman Tuhan, Tuhan memang mengajarkan supaya kita memberi pengampunan 7 x 70 kali atas kesalahan orang lain. Dan yang namanya orang melakukan kesalahan itu sudah wajar-wajar saja alias manusiawi. Tapi kalo salah terus.. siapa juga yang ‘ga kesal?
Akhirnya ketika Ani sedang bersaat teduh.. Tuhan menegur Ani melalui perumpamaan tentang pengampunan (Matius 18:21-35) tetapi Ani tetap cuek-bebek dan menganggapnya sebagai “Angin lalu saja”.
Dan kamu tahu apa yang terjadi? Di sekolah, Ani menerima perlakuan senioritas dari kakak-kakak kelasnya. Kali ini Ani benar-benar merasakan sakitnya ditindas oleh orang lain. Sampai-sampai ia minta KASIH BAPA agar dapat mengampuni orang-orang yang telah menyakiti hatinya.
Tidak lama kemudian Tuhan berkata kepada Ani, “Minta maaf sama pembantumu!”.
Waah kalo dipikir-pikir.. “Yang bener aja, Tuhan! Minta maaf sama pembantu? Apa ga’ salah? Saya ini ‘kan majikannya!”. Ani jadi sensitif sendiri sama pembantunya..
Belakangan-belakangan Ani baru mengetahui kalo pembantunya yang ini rajin sholat. “Ugh! Serem amat!”, batin Ani.
“Wualah.. yang bener aja dong, Tuhan! Masa saya harus minta maaf sama pembantu? Saudara-saudara saya yang lain juga suka ngata-ngatain dia. Dan memang kenyataan koq kalo dia itu ……”, protes Ani.
Tapi Tuhan tetap berkata, “Minta maaf!”.
“Baik Tuhan! Tapi Kau harus memberiku waktu yang tepat untuk minta maaf!”.
Beberapa hari kemudian.. Ani diberikan penyakit oleh Tuhan. (‘ga parah-parah amat koq! Hanya masuk angin) Sedangkan di rumah sedang tidak ada siapa-siapa yang dapat dimintai tolong selain pembantu tersebut. Jadi, mau tidak mau, Ani minta tolong dia untuk memberi obat.
Ketika sang pembantu sedang memijitin punggungnya, Ani memberanikan diri berkata, “Embak Yu, saya minta maaf ya karena selama ini saya telah mengatai Embak ‘bodoh’”.
“Ah ga pa pa, Non!”, kata pembantunya sambil tersenyum tak menyangka.
“Sebenernya saya juga pernah dianggap bodoh sama bu guru. Tapi saya berdoa sama Tuhan agar dikasih pinter”, kata Ani.
“Saya juga suka berdoa, Non! Berdoa untuk Nyonya, dan lain-lain”.
Tidak lama kemudian, ketika pembantunya sudah pergi.. Ani memutar kaset lagu (rohani) Doen Moen.
Ketika sedang asyik mendengarkan narasi, terdengar kata-kata, “He can heal broken relationship”. Dia dapat memulihkan hubungan yang rusak.
“Ha??”, Ani kaget. Dia memutar ulang dan mendengarkan lagi kalimat, , “He can heal broken relationship”. Dia memutar ulang kata-kata tersebut hingga tiga kali.
Kemudian Ani mengucap syukur atas pemulihan yang terjadi antara dirinya dan pembantunya.
Berdasarkan kisah diatas, teman-teman.. marilah kita berani merendahkan hati untuk meminta maaf kepada SIAPAPUN apabila kita bersalah. Tanpa memandang STATUS orang yang telah kita sakiti.
Doa orang yang benar, bila dengan YAKIN didoakan, sangat besar kuasanya (tidak memandang siapa itu kamu) Yakobus 5:16b
* * *
Dikirim ke majalah AMI dan dimuat tahun 2008
~ Yenny N. ~
Kalo mau ingat-ingat Firman Tuhan, Tuhan memang mengajarkan supaya kita memberi pengampunan 7 x 70 kali atas kesalahan orang lain. Dan yang namanya orang melakukan kesalahan itu sudah wajar-wajar saja alias manusiawi. Tapi kalo salah terus.. siapa juga yang ‘ga kesal?
Akhirnya ketika Ani sedang bersaat teduh.. Tuhan menegur Ani melalui perumpamaan tentang pengampunan (Matius 18:21-35) tetapi Ani tetap cuek-bebek dan menganggapnya sebagai “Angin lalu saja”.
Dan kamu tahu apa yang terjadi? Di sekolah, Ani menerima perlakuan senioritas dari kakak-kakak kelasnya. Kali ini Ani benar-benar merasakan sakitnya ditindas oleh orang lain. Sampai-sampai ia minta KASIH BAPA agar dapat mengampuni orang-orang yang telah menyakiti hatinya.
Tidak lama kemudian Tuhan berkata kepada Ani, “Minta maaf sama pembantumu!”.
Waah kalo dipikir-pikir.. “Yang bener aja, Tuhan! Minta maaf sama pembantu? Apa ga’ salah? Saya ini ‘kan majikannya!”. Ani jadi sensitif sendiri sama pembantunya..
Belakangan-belakangan Ani baru mengetahui kalo pembantunya yang ini rajin sholat. “Ugh! Serem amat!”, batin Ani.
“Wualah.. yang bener aja dong, Tuhan! Masa saya harus minta maaf sama pembantu? Saudara-saudara saya yang lain juga suka ngata-ngatain dia. Dan memang kenyataan koq kalo dia itu ……”, protes Ani.
Tapi Tuhan tetap berkata, “Minta maaf!”.
“Baik Tuhan! Tapi Kau harus memberiku waktu yang tepat untuk minta maaf!”.
Beberapa hari kemudian.. Ani diberikan penyakit oleh Tuhan. (‘ga parah-parah amat koq! Hanya masuk angin) Sedangkan di rumah sedang tidak ada siapa-siapa yang dapat dimintai tolong selain pembantu tersebut. Jadi, mau tidak mau, Ani minta tolong dia untuk memberi obat.
Ketika sang pembantu sedang memijitin punggungnya, Ani memberanikan diri berkata, “Embak Yu, saya minta maaf ya karena selama ini saya telah mengatai Embak ‘bodoh’”.
“Ah ga pa pa, Non!”, kata pembantunya sambil tersenyum tak menyangka.
“Sebenernya saya juga pernah dianggap bodoh sama bu guru. Tapi saya berdoa sama Tuhan agar dikasih pinter”, kata Ani.
“Saya juga suka berdoa, Non! Berdoa untuk Nyonya, dan lain-lain”.
Tidak lama kemudian, ketika pembantunya sudah pergi.. Ani memutar kaset lagu (rohani) Doen Moen.
Ketika sedang asyik mendengarkan narasi, terdengar kata-kata, “He can heal broken relationship”. Dia dapat memulihkan hubungan yang rusak.
“Ha??”, Ani kaget. Dia memutar ulang dan mendengarkan lagi kalimat, , “He can heal broken relationship”. Dia memutar ulang kata-kata tersebut hingga tiga kali.
Kemudian Ani mengucap syukur atas pemulihan yang terjadi antara dirinya dan pembantunya.
Berdasarkan kisah diatas, teman-teman.. marilah kita berani merendahkan hati untuk meminta maaf kepada SIAPAPUN apabila kita bersalah. Tanpa memandang STATUS orang yang telah kita sakiti.
Doa orang yang benar, bila dengan YAKIN didoakan, sangat besar kuasanya (tidak memandang siapa itu kamu) Yakobus 5:16b
* * *
Dikirim ke majalah AMI dan dimuat tahun 2008
~ Yenny N. ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar