"Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu". Kejadian 2:23
Akhir-akhir ini si Heri jadi rajin banget berdoa. Bukan karena disuruh sama Pak Pendeta ato sedang belajar menjadi pendoa syafaat. Melainkan karena dari taon ke taon Heri selalu ngejomblo melulu. Padahal umur udah nyaris seperempat abad.
Jadi si Heri rajin banget ngedoain calon pasangan hidupnya dan yang lebih hebat lagi, doi selalu ngedoainnya pake doa Yabes! Busyet, dahsyat benerrr! Iya dong! Kalo dipikir-pikir sebenernya Heri pinter juga, soalnya kalo pasangan hidupnya nanti adalah orang yang sangat diberkati Tuhan dan memiliki pelayanan yang dahsyat, Heri pun pasti akan nerima ‘cipratan’-nya. Hehehe..
Kita yang masih ngejomblo juga pasti sering buanget ngedoain calon pasangan hidup kita. Terutama berdoa agar Tuhan cepat-cepat mengirimkan calon pasangan hidup kita. Yah yang model begini sih sebenernya sah-sah aja. Tapi pernahkah kita berpikir bahwa Tuhan ingin agar kita bisa membenahi karakter kita dulu yang amburadul sebelum kita ngedapetin pasangan hidup kita.?
Kalo kita melihat gaya berpacarannya orang dunia, tentu kita bakal ngiri abis melihat keromantisannya mereka. Kemana-mana selalu pergi berdua, makan bersama, selalu terlihat bahagia dan tidak ada masalah.
Sebenernya gaya berpacaran yang seperti itu cukup berbahaya, karena yang mereka tampilkan hanyalah sisi baiknya saja. Berdasarkan pengalaman penulis, pada umumnya ketika mereka menikah, mereka cenderung tidak bisa saling menerima ketika sifat asli pasangannya kelihatan.
Jadi sebelum kita memutuskan untuk berpacaran ada baiknya jika kita membenahi karakter kita terlebih dahulu agar memiliki kasih sejati yang meliputi respek, penghormatan, penghargaan dan tenggang rasa antara satu dengan yang lain. Setelah itu, tinggal tunggu waktunya Tuhan.
Inget~! Tuhan lebih mengenal diri kita daripada diri kita sendiri, jadi Dia mengetahui orang yang tepat dan waktu yang tepat untuk memulai suatu hubungan.
* * *
Jackson Rex, “Pernikahan dan Rumah Tangga”, Gandum Mas, Malang. Hal.64
Nb. Terima kasih banyak untuk Erik YR yang telah memperjuangkan tulisan ini agar masuk ke sebuah buku renungan harian. Walaupun tidak dimuat, tapi saya tetap menghargai dan berterima kasih atas usahanya. (^__^)v
Jakarta, 12 Mei 2006
~ Yenny N. ~
Akhir-akhir ini si Heri jadi rajin banget berdoa. Bukan karena disuruh sama Pak Pendeta ato sedang belajar menjadi pendoa syafaat. Melainkan karena dari taon ke taon Heri selalu ngejomblo melulu. Padahal umur udah nyaris seperempat abad.
Jadi si Heri rajin banget ngedoain calon pasangan hidupnya dan yang lebih hebat lagi, doi selalu ngedoainnya pake doa Yabes! Busyet, dahsyat benerrr! Iya dong! Kalo dipikir-pikir sebenernya Heri pinter juga, soalnya kalo pasangan hidupnya nanti adalah orang yang sangat diberkati Tuhan dan memiliki pelayanan yang dahsyat, Heri pun pasti akan nerima ‘cipratan’-nya. Hehehe..
Kita yang masih ngejomblo juga pasti sering buanget ngedoain calon pasangan hidup kita. Terutama berdoa agar Tuhan cepat-cepat mengirimkan calon pasangan hidup kita. Yah yang model begini sih sebenernya sah-sah aja. Tapi pernahkah kita berpikir bahwa Tuhan ingin agar kita bisa membenahi karakter kita dulu yang amburadul sebelum kita ngedapetin pasangan hidup kita.?
Kalo kita melihat gaya berpacarannya orang dunia, tentu kita bakal ngiri abis melihat keromantisannya mereka. Kemana-mana selalu pergi berdua, makan bersama, selalu terlihat bahagia dan tidak ada masalah.
Sebenernya gaya berpacaran yang seperti itu cukup berbahaya, karena yang mereka tampilkan hanyalah sisi baiknya saja. Berdasarkan pengalaman penulis, pada umumnya ketika mereka menikah, mereka cenderung tidak bisa saling menerima ketika sifat asli pasangannya kelihatan.
Jadi sebelum kita memutuskan untuk berpacaran ada baiknya jika kita membenahi karakter kita terlebih dahulu agar memiliki kasih sejati yang meliputi respek, penghormatan, penghargaan dan tenggang rasa antara satu dengan yang lain. Setelah itu, tinggal tunggu waktunya Tuhan.
Inget~! Tuhan lebih mengenal diri kita daripada diri kita sendiri, jadi Dia mengetahui orang yang tepat dan waktu yang tepat untuk memulai suatu hubungan.
* * *
Jackson Rex, “Pernikahan dan Rumah Tangga”, Gandum Mas, Malang. Hal.64
Nb. Terima kasih banyak untuk Erik YR yang telah memperjuangkan tulisan ini agar masuk ke sebuah buku renungan harian. Walaupun tidak dimuat, tapi saya tetap menghargai dan berterima kasih atas usahanya. (^__^)v
Jakarta, 12 Mei 2006
~ Yenny N. ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar