Halaman

Rabu, 03 Agustus 2011

Game Online Vs Belajar

“Tino, ayo buat pe-ermu!” panggil ibunya.

“Sebentar, ma! Lagi tanggung nih!” seru Tino yang sedang asyik main game online di kamarnya.

Semenjak komputer rumahnya dipasangi internet, Tino yang baru duduk di kelas empat SD, memang keranjingan sekali main game online. Karena dari sanaia bisa berkenalan dengan orang-orang lain yang juga sedang main game online lewat chatting, dan juga bisa ikut lomba untuk memperoleh skor tertinggi dimana hadiahnya berupa piala dan sejumlah uang tunai.

Setiap hari ia bisa bermain sampai tiga jam – sampai mata terasa lelah – hingga melupakan tugas-tugas sekolahnya. Jika ada pe-er atau ulangan yang diadakan minggu depan, ia baru membuat pe-er atau belajar dengan memakai sistem kebut sehari (atau dua hari). Jika tidak selesai membuat pe-er, mencontek pekerjaan teman pun tak segan-segan ia jalani. Beruntung, dalam soal menghadapi ulangan, otak Tino cukup encer. Sehingga ia selalu berhasil masuk dalam peringkat sepuluh besar di kelasnya.

Tapi kali ini ia akan memasuki musim ulangan umum akhir semester dua selama satu minggu penuh. Namun Tino masih menunda-nunda belajar hingga hari Sabtu. Jadi pada hari Sabtu dan Minggu ia baru belajar sungguh-sungguh untuk beberapa mata pelajaran di hari Senin. Ia juga berhenti main game online, memfokuskan diri untuk belajar selama seminggu penuh.

Selesai menghadapi musin ulangan semesteran, kepala Tino terasa berat. Seperti mau pecah.. hingga ibunya memutuskan untuk membawa Tino berobat ke psikiatri.

“Anak ibu mengalami stress berat karena terlalu banyak berpikir!” demikian hasil diagnosis sang dokter. “Ia perlu istirahat selama seminggu,” sambung
dokter psikiatri, sambil membuatkan surat izin sakit dan resep obat.

“Tidak perlu dibuatkan surat keterangan sakit, dok! Karena setelah ulangan semester dua, Tino akan libur selama sebulan penuh!” tukas ibunya.

“Baiklah, kalau begitu. Nah Tino.. setiap tiga bulan sekali kamu harus datang kesini untuk kontrol sampai kamu sembuh total ya?”

“Baik, pak dokter!” ujar Tino.

“Terima kasih, dok!” seru ibunya seraya meninggalkan ruangan praktek.

“Tino, mulai saat ini kamu tidak boleh sering-sering main game online lagi!” hardik ibunya.

Tino hanya diam, menyesali apa yang sudah terjadi. Dalam hati ia berjanji akan lebih fokus belajar daripada menunda-nunda dengan bermain game online.

June 15, 2008
~ Yenny N. ~
 * * *
Dikirim ke redaksi Warta Minggu dan sudah dimuat di buletin gereja Warta Minggu Rubrik Biji Sesawi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar