Halaman

Rabu, 03 Agustus 2011

Bakau dan Tembakau

Pagi hari yang cerah, saat sarapan pagi, Jessie yang masih kelas dua  SD, bercakap-cakap dengan kakaknya, Shinta.
“Kak, hari Sabtu besok, sekolah Jessie mau mengadakan tamasya menanam pohon bakau di Ancol!”
“Wah.. bagus dong!  Kalo kakak ga’ kuliah, juga pengen ikut!” canda kakaknya.
“Iya, kak.  Kalo dibolehin sama bu guru, kakak juga boleh ikut!” sahut Jessie dengan polosnya.
“Kak, apa sih bedanya ‘bakau’ dengan ‘tembakau’?”
“Kalo bakau itu ditanamnya di laut.  Gunanya untuk menahan air laut supaya tidak pasang hingga jauh ke daratan.  Sedangkan tembakau ditanamnya di gunung.  Daunnya digunakan untuk rokok.  Eh.. tapi sebagai anak laki-laki, kamu kalo sudah besar tidak boleh merokok ya?  Karena tubuh kamu adalah bait Roh Kudus!  Masa’ Roh Kudus dikepuli asap rokok Kudus?”
“Hahahaha…” tawa mereka berdua.
“Tapi, bapak kok boleh merokok?”
“Karena bapak belum tau kebenaran ini..  kalo Tuhan memang mengizinkan manusia merokok, pasti disalah satu tubuhnya akan dipasangi cerobong asap!  Nah di tubuh kamu tidak ada cerobong asapnya ‘kan?”
“Tidak, kak?!”
“Kakak juga tidak, bapak juga tidak..  Itu berarti Tuhan tidak menghendaki kita merokok!”
“Tapi di Alkitab tidak ada ayat yang melarang kita merokok?”
“Ada!  ‘Jangan membunuh!’ (Keluaran 20:13)  Kalo merokok, kita bisa cepat mati karena kena kanker paru-paru seperti bapaknya si Benny yang perokok berat.  Seharusnya dia bisa hidup sampe umur 75 tahun, dipersingkat jadi 58 tahun.”
“Ooh.. gitu toh!” seloroh Jessie, sambil manggut-manggut.
“Ayo kita habisnya roti coklatnya..  Siapa yang paling cepat, dia yang duluan berangkat sekolah!”
“Ayooo!” seru Jessie, penuh semangat.

Atau tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus?  Muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (I Korintus 6:19, 20b)

Jakarta, 2008
~ Yenny N. ~

1 komentar: