Sore itu, Anto sedang bermain internet di rumah Vino, teman sekelasnya. Mereka sama-sama kelas VI SD di sekolah Pelita Kasih. Sedang asyik-asyiknya browsing, tiba-tiba Anto melihat sebuah lomba cerpen yang diadakan oleh PT. Chimara. Kategorinya; untuk pelajar, mahasiswa mau pun umum.
“Kriteria lomba; ditulis pada kertas kuarto sebanyak 6 – 8 halaman, jarak spasi 1,5, jenis huruf Arial. Pemenang pertama, masing-masing mendapatkan uang tunai Rp 10.000.000,-, piala dan voucher belanja Rp 2.500.000,-. Pemenang kedua, masing-masing mendapatkan uang tunai Rp 8.000.000,-, piala dan voucher belanja Rp 1.500.000,-. Pemenang ketiga masing-masing mendapatkan uang tunai Rp 5.000.000,- piala dan voucher belanja Rp 1.000.000,- dari setiap kategori peserta.”
“Wow! Boleh juga nich!!” batin Anto. “Vino! Vino! Ada lomba cerpen dengan hadiah pertama uang tunai 10 juta nih!” panggil Anto.
Vino yang sedang main game PS2 segera berhenti dan berlari menghampiri Anto. “Vin, kita berdua ‘kan suka membuat cerpen untuk mading sekolah, kali ini ada kesempatan bagus untuk mengadu bakat kita berdua.. Lumayan, hadiahnya bisa kita belikan laptop nantinya” seru Anto sambil cengengesan.
“Tapi, alamat mengirimnya dimana?” tanya Vino.
“ini.. perusahaannya hanya mencantumkan alamat e-mail saja,” sahut Anto. “Mungkin supaya kita enggak ribet-ribet ngeprint di kertas,” sambung Anto lagi.
“Apa ga’ salah?” sahut Andi, kakak Vino yang sudah mahasiswa. Rupanya dari tadi dia mendengarkan percakapan adiknya sambil membaca koran. Andi lalu melipat koran dan menghampiri adik-adik kecilnya.
“Biasanya kalo perusahaan besar, pasti menuliskan alamat kantornya. Karena kalo lewat e-mail, siapa pun bisa membajak hasil karya orang lain…”
Andi lalu ikut membaca iklan lomba tersebut. “Ini juga ada yang aneh! Masa’ lomba mengarang cerpen hadiah juara satunya 10 juta. Majalah-majalah terkemuka di ibukota Jakarta saja paling tinggi kasih hadiah 4 juta rupiah.. Lagipula, ini disebutkan ada voucher belanja, tapi belanja dimana?”
“Wah.. kakak kok hebat banget bisa tahu segitu banyak?” Tanya Vino.
“Yah karena teman kakak ada yang pernah kena tipu iklan-iklan seperti itu. Ketika dia kirim cerpen, ternyata karyanya dimuat di sebuah majalah remaja. Tapi nama penulisnya adalah orang lain.
“Ooh.. begituuu!” sahut Anto dan Vino berbarengan.
“Iya! Kalian musti berhati-hati jika ingin mengikuti lomba mengarang cerpen lewat internet, terutama bila identitas perusahaannya tidak jelas. Sebaiknya kalian banyak membaca majalah-majalah yang suka mengadakan lomba cerpen atau bertanya dulu kepada orang dewasa yang lebih berpengalaman dalam mengirim tulisan ke media cetak agar tidak terjebak oleh penerbit nakal.”
Selanjutnya Anto kembali melakukan browsing-browsing internet, Vino melanjutkan main game PS2-nya sedangkan Andi pergi ke dapur untuk memasak mie instant.
Jakarta, 2010
~ Yenny N. ~
“Kriteria lomba; ditulis pada kertas kuarto sebanyak 6 – 8 halaman, jarak spasi 1,5, jenis huruf Arial. Pemenang pertama, masing-masing mendapatkan uang tunai Rp 10.000.000,-, piala dan voucher belanja Rp 2.500.000,-. Pemenang kedua, masing-masing mendapatkan uang tunai Rp 8.000.000,-, piala dan voucher belanja Rp 1.500.000,-. Pemenang ketiga masing-masing mendapatkan uang tunai Rp 5.000.000,- piala dan voucher belanja Rp 1.000.000,- dari setiap kategori peserta.”
“Wow! Boleh juga nich!!” batin Anto. “Vino! Vino! Ada lomba cerpen dengan hadiah pertama uang tunai 10 juta nih!” panggil Anto.
Vino yang sedang main game PS2 segera berhenti dan berlari menghampiri Anto. “Vin, kita berdua ‘kan suka membuat cerpen untuk mading sekolah, kali ini ada kesempatan bagus untuk mengadu bakat kita berdua.. Lumayan, hadiahnya bisa kita belikan laptop nantinya” seru Anto sambil cengengesan.
“Tapi, alamat mengirimnya dimana?” tanya Vino.
“ini.. perusahaannya hanya mencantumkan alamat e-mail saja,” sahut Anto. “Mungkin supaya kita enggak ribet-ribet ngeprint di kertas,” sambung Anto lagi.
“Apa ga’ salah?” sahut Andi, kakak Vino yang sudah mahasiswa. Rupanya dari tadi dia mendengarkan percakapan adiknya sambil membaca koran. Andi lalu melipat koran dan menghampiri adik-adik kecilnya.
“Biasanya kalo perusahaan besar, pasti menuliskan alamat kantornya. Karena kalo lewat e-mail, siapa pun bisa membajak hasil karya orang lain…”
Andi lalu ikut membaca iklan lomba tersebut. “Ini juga ada yang aneh! Masa’ lomba mengarang cerpen hadiah juara satunya 10 juta. Majalah-majalah terkemuka di ibukota Jakarta saja paling tinggi kasih hadiah 4 juta rupiah.. Lagipula, ini disebutkan ada voucher belanja, tapi belanja dimana?”
“Wah.. kakak kok hebat banget bisa tahu segitu banyak?” Tanya Vino.
“Yah karena teman kakak ada yang pernah kena tipu iklan-iklan seperti itu. Ketika dia kirim cerpen, ternyata karyanya dimuat di sebuah majalah remaja. Tapi nama penulisnya adalah orang lain.
“Ooh.. begituuu!” sahut Anto dan Vino berbarengan.
“Iya! Kalian musti berhati-hati jika ingin mengikuti lomba mengarang cerpen lewat internet, terutama bila identitas perusahaannya tidak jelas. Sebaiknya kalian banyak membaca majalah-majalah yang suka mengadakan lomba cerpen atau bertanya dulu kepada orang dewasa yang lebih berpengalaman dalam mengirim tulisan ke media cetak agar tidak terjebak oleh penerbit nakal.”
Selanjutnya Anto kembali melakukan browsing-browsing internet, Vino melanjutkan main game PS2-nya sedangkan Andi pergi ke dapur untuk memasak mie instant.
Jakarta, 2010
~ Yenny N. ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar